Oktober 16, 2021

Kenangan Berlibur ke Danau Toba

April 2021 lalu, saya berkesempatan mengunjungi Danau Toba setelah sekian lama mengimpikan destinasi satu ini ke dalam wishlist saya. Saya berangkat dari YIA menuju Kuala Namu. Singgah di Kota Medan lalu memulai perjalanan dari sana. Dari Medan, saya berangkat menggunakan kendaraan KPT (Kevin Pratama Trans) bersama teman saya menuju ke Parapat dengan tarif Rp45.000. Sampainya di Parapat, kami menginap di Hotel Sedayu yang saya pesan melalui online.
Lanskap Kaldera Toba dari Tele

KMP Ihan Batak

Esok harinya, kami melanjutkan perjalanan ke Pulau Samosir melalui Pelabuhan Ajibata. Kami menaiki KMP Ihan Batak untuk menyebrang ke Pelabuhan Ambarita. Tarif untuk orang dewasa adalah Rp10.000 , sedangkan kendaraan motor sebesar Rp15.000.

Penyebrangan kala itu cukup ramai dipenuhi wisatawan lokal. Geladak kapal dipenuhi kendaraan roda empat dan roda dua yang hendak ke Samosir. Kapal yang saya naiki dikelola oleh PT. ASDP Indonesia Ferry. Kapalnya tergolong bagus dan tampak baru. Dilengkapi fasilitas ruang utama, deck luar, toilet dan kantin yang membuat saya merasa nyaman berada disana Penyebrangan ke Samosir ditempuh selama satu jam lamanya.

Tiba di Pelabuhan Ambarita
Sampai di Samosir, saya mulai terpukau dengan lanskap alamnya. Jalanan di pulau itu sangat halus dan lebar. Dengan kontur berkelok. Di sebelah kanan pemandangan danau, sedangkan pada sisinya perbukitan Samosir. Tujuan pertama, kami mampir ke Masjid Al Hasanah di Pangururan untuk beribadah sholat Jumat. Sebelum berangkat. saya mencari informasi dan lokasi masjid melalui G-Maps yang hanya ada satu-satunya di Pulau Samosir.

 Masjid Al-Hasanah

Selesai ibadah, kami berangkat ke Menara Pandang Tele. Perjalanan ke Tele, topografi yang dilalui adalah perbukitan dengan tanaman rerumputan dan sebagian pohon besar. Jalan yang dibangun berkelok-kelok mengikuti punggungan bukit. Tampak Pusuk Buhit meninggi nan cantik. Saya terkagum dengan lanskap yang terpampang disana.

Tak lama kami sampai di Spot Tele. Dari sini, kami memandang Pulau Samosir dari arah barat yang menghadap ke Bukit Sibea-bea. Pada sisi kanan, bukit yang megah meninggi dan tampak datar pada bagian atasnya. Pada satu bagian di bawahnya, terdapat sebuah air mengalir jatuh tepat diantara apitan bukit. Pemandangannya sangat indah sekali.

Destinasi selanjutnya menuju ke Bukit Sibea-bea. Lokasi ini viral di media sosial karena lanskapnya yang apik. Pengembangan wisata religi sedang dibangun yakni Patung Yesus sebagai atraksi yang melengkapi pesona Danau Toba dari Kecamatan Harian. Akses jalan yang berkelok-kelok di atas bukit menjadi spot yang menarik pula untuk menangkap momen. Lagi-lagi saya terkagum dengan Wonderful-nya Indonesia di Tanah Toba.

Pengunjung sedang berfoto di depan Patung Yesus
Air Tejun Efrata
Tidak jauh dari Sibea-bea, kami pergi ke Air Terjun Efrata yang kami lihat dari atas Puncak Tele. Air terjun ini menyuguhkan pesona dengan debit air berwarna kecoklatan yang cukup deras. Pada bagian dasar sungainya tidak terlalu dalam. Di sekeliling areanya, pepohonan hijau meranggas tumbuh diantara bukit. Awan putih dengan paduan langit biru menambah keeksotisan air terjun ini. 

Sayangnya akses menuju lokasi ini, jalanan warga yang kami lewati rusak berbatu. Banyak pula, batuan besar berserakan di tengah area ladang persawahan tersebut. Aktivitas penduduk lokal sedang bertani. Saya sangat kagum dan ingin lama-lama berada disana. Di bawah ujung jalan sana, jutaan kubik air mengisi pandangan mata saya.

Destinasi Desa Tomok khas dengan rumah adat bolon dan pertunjukkan Patung Sigale-gale. Sebelum mencapai lokasi ini, kami melewati pasar oleh-oleh khas Pulau Samosir. Beragam kriya dan kuliner bisa kita temukan di tempat ini. Sore itu, hanya sedikit wisatawan saja yang ada disana. Kami menikmati pertunjukkan sigale-gale. Musik gondang sembilan menjadi pengiring tarian tor-tor yang dibawakan pengunjung. Kami turut memakai kain ulos mencipta momen yang berkesan.

Desa Wisata Tomok pasca Covid-19

Seharian mengelilingi Pulau Samosir memberikan pengalaman indah dalam hidup saya. Bahkan saya ingin sekali untuk kembali lagi ke Danau Toba. Mengunjungi destinasi lainnya yang belum sempat saya singgahi. Toba tak hanya sebongkah Pesona Indonesia di Pulau Sumatera, namun lebih dari sekadar itu. Toba berpotensi maju menjadi destinasi yang berkelas jika dikemas dengan baik dan tepat. Pada akhirnya Toba akan mewarisi alam budayanya bagi wisatawan dunia.

Patung Yesus Kecil Bukit Sibea-bea
Jalanan berkelok Bukit Sibe-bea

Kaldera Toba : Destinasi Super Prioritas Untuk Menjadi Destinasi Global

Danau Toba tak sekadar menyajikan pemandangan alam yang biasa. Lanskap Kaldera Toba tidak diragukan lagi keindahannya. Dari sisi manapun wisatawan berpijak, pengunjung bisa mendapatkan sudut pandang yang berbeda-beda. Budaya yang ditawarkan pun sangat menarik. Kearifan lokal dan budaya Batak melekat berdampingan dengan kehidupan masyarakatnya. Masyarakat yang tersebar di tujuh kabupaten sekitaran Danau Toba sejak dulu melestarikan tradisi leluhur mereka sehingga Heritage of Toba dapat eksis di masa kini hingga untuk generasi selanjutnya.

Pemandangan Danau Toba dari Bukit Sibea-bea

Pesona Danau Toba sebagai warisan dunia semakin nyata dengan label “UNESCO Global Geopark” pada tanggal 2 Juli 2020. Sertifikasi tersebut menjadi langkah awal yang positif untuk menyusun strategi pengembangan destinasi yang akan diterapkan. Dengan adanya pengakuan ini, Danau Toba diharapkan akan semakin berkembang. Menyolek potensinya dengan peningkatan sumber daya manusia yang berdaya saing. Berinovasi dan berkreativitas sebagai destinasi super prioritas. Mempersiapkan destinasi yang ada di Danau Toba sebagai pilihan tujuan wisata yang memikat. Lantas kemudian bersiap untuk menjadi destinasi global yang berkualitas dan berkelanjutan.

Konsep pariwisata berkualitas dan berkelanjutan merupakan hal penting yang harus diterapkan. Konsep ini mengacu keberpihakan akan lingkungan, sosial budaya, dan ekonomi agar berjalan secara beriringan dan seimbang. Hal ini merupakan wujud gagasan Sustainable Development Goals (SDGs) yang telah disepakati negara-negara dunia. Bertujuan untuk menjaga eksistensi pariwisata masa kini, masa depan dan untuk generasi mendatang.

Setelah ditetapkan menjadi salah satu destinasi super prioritas oleh pemerintah melalui Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif. Berbagai pengembangan dilakukan sampai dibentuk suatu Badan Otoritas Pengembangan Danau Toba (BOPDT) untuk mengelola destinasi yang diharapkan menjadi penggerak ekonomi lokal. Aksesibilitas, amenitas, kualitas sumber daya lokal, industri kreatif, dan atraksi wisata digeber dalam beberapa tahun terakhir. Keseriusan pemerintah menggarap Danau Toba dilakukan sebagai upaya untuk mempersiapkan Danau Toba sebagai destinasi wisata yang berkualitas dan berkelanjutan.

Strategi pengembangan Danau Toba oleh pemerintah sudah cukup baik meskipun belum memberi keuntungan yang optimal. Upaya tersebut diantaranya dimulai dengan penguatan konektivitas dan infrastruktur dengan dibukanya Bandara Internasional Silangit. Pembangunan dermaga dan penyediaan kapal penyebrangan KMP Ihan Batak. Pengembangan wisata nomad yang menyasar milenial dengan wisata glamping dan desa wisata. Strategi tersebut dilakukan agar tetap menggenjot geliat pariwisata di kancah nasional.

Upaya pemerintah sempat mengalami tantangan dengan munculnya wabah Coronavirus. Wabah ini berdampak pada anjloknya kuantitas wisatawan lokal maupun mancanegara. Yang mana mempengaruhi pertumbuhan ekonomi pada lini bisnis pariwisata. Pemerintah dengan sigap membangkitkan kembali gairah sektor ini. Kiat yang dilakukan seperti Beli Kreatif Danau Toba yang mengkampanyekan Gerakan Nasional Bangga Buatan Indonesia untuk menyelamatkan para pelaku ekonomi kreatif dalam menghadapi pandemi. Selain itu, penerapan protokol CHSE yakni kebersihan (cleanliness), kesehatan (health), kemanan (safety), dan kelestarian lingkungan (environment sustainability) pada suatu destinasi wisata merupakan hal yang wajib diterapkan sehingga pelaku wisata dan wisatawan dapat beradaptasi di era pandemi. Hal ini bertujuan untuk menciptakan rasa aman, nyaman, dan pulang dengan membawa kenangan yang berkesan.

Kampanye berwisata dengan tagar #DiIndonesiaAja pun turut digaungkan untuk membangkitkan gairah sektor pariwisata Indonesia pasca pandemi. Potensi wisatawan domestik memberi semangat baru terhadap pelaku wisata dan ekonomi kreatif.  Meskipun turun sebanyak 30% dari tahun 2019, total wisatawan lokal pada tahun 2020 sejumlah 198.246.000 adalah peluang yang sangat menjanjikan. Strategi ini diharapkan akan memberikan hasil yang positif. Namun yang perlu dihadirkan adalah strategi ciamik apa yang harus dipromosikan sehingga mampu menarik pasar wisatawan domestik yang sebelumnya suka bepergain ke luar negeri menjadi beralih untuk menjejalah destinasi dalam negeri. Terlebih Indonesia memiliki segudang destinasi apik yang tersebar di seluruh penjuru negeri.

Pengembangan Kawasan Danau Toba yang Berkualitas dan Berkelanjutan

  • Kaldera Toba Trail

Point of interest Kaldera Toba terdapat pada suguhan alam dan budayanya. Pada kesempatan berkunjung ke Danau Toba pada Bulan April lalu, saya melewatkan kesempatan melihat lanskap Tao Toba dari sisi barat secara keseluruhan. Sebelumnya saya melihat ulasan di Google Maps yang menunjukkan foto masing-masing destinasi yang ada disana.

Pusuk Buhit, pemandangan menuju ke Tele

Menurut saya, jalur pendakian dari sisi barat menawarkan wisatawan dengan pemandangan yang luar biasa jika dieskplorasi. Pendakian ini ditujukan kepada pegiat wisata alam khususnya wisatawan milenial. Pengembangan jalur pendakian dapat dibuat dari titik awal Paropo, Pulau Silalahi, berlanjut ke Bukit Pemandangan Pulau Tulas, kemudian ke Pusuk Buhit, mengarah ke Sibea-bea, Bukit Holbung, Batu Maroppa, berakhir di Bukit Sipatungan. Jalur pendakian dikombinasikan dengan melewati punggungan bukit, jalan pedesaan, dan ladang pertanian warga. Dibutuhkan pula, pembangunan shelter untuk tempat beribadah dan tempat istirahat di setiap spot tertentu. 

Jika dirunut dari Google Maps, jarak antara Paropo menuju ke Sipatungan membutuhkan waktu selama 20 jam perjalanan dengan jarak tempuh 91 km. Sedangkan jika diambil dari titik Bukit Pulau Tulas akan membutuhkan waktu 11 jam perjalanan dengan jarak tempuh 46 km. Jarak ini merupakan estimasi sementara karena jalurnya masih menggunakan acuan jalan raya.

Hal yang akan didapatkan wisatawan selama melewati jalur pendakian diantaranya akan menemukan keragaman pesona wisata Danau Toba baik dari segi alam, budaya, sosial, kuliner, dan tentunya pengalaman yang sangat berkesan. Apalagi kontur perbukitan di area ini masih tergolong bersahabat untuk didaki wisatawan dengan rata-rata ketinggian bukit mencapai 1.000 – 2.000 mdpl.

Dengan dibangunnya jalur pendakian tersebut akan mendorong peran aktif masyakarat lokal agar bekerja sama, menumbuhkan kreativitas dan inovasi wisata dengan memanfaatkan potensi yang ada dengan baik sehingga mampu menggerakkan ekonomi masyarakat sekitar.

  • Ruang Kreatif

Sektor pariwisata tumbuh berkualitas dan berkelanjutan jika didukung oleh sumber daya manusia yang unggul dan kompetitif. Sedangkan sumber daya manusia dapat menjadi unggul jika berproses dan terus dididik dengan baik. Oleh karena itu, diperlukan tersedianya ruang kreatif untuk penduduk lokal di Kawasan Danau Toba sebagai tempat masyarakat dan wisatawan saling belajar, bertukar pikiran, mengembangkan ide, inovasi dan kreativitas.

Dengan munculnya fasilitas publik yang mendukung dan adanya fasilitator penggerak maka akan berdampak baik untuk menghasilkan pelaku wisata dan artisanal yang handal. Ruang kreatif ini nantinya dapat dijadikan semacam lokasi workshop, pertunjukkan, diskusi, event, kuliner, dan belajar bahasa asing. Apabila setiap kecamatan di sekitaran Danau Toba memiliki ruang kreatif masing-masing, maka akan mendukung kemajuan sektor pariwisata Danau Toba semakin tumbuh berkualitas dan berkelanjutan.

  • Pengembangan Edukasi, Penelitian, & MICE

Danau Toba mempunyai sejarah panjang yang luar biasa. Memiliki narasi yang berkaitan dengan proses terbentuknya yaitu dari ilmu sains dan legenda masyarakat yang melekat. Potensi sains berkaitan dengan pengembangan edukasi dan penelitian, di mana letusan supervolcano yang meletus 74.000 tahun silam menjadikan Toba sebagai danau vulkanik terbesar di dunia. Adapun keragaman geologi, mahluk hidup dan budaya menjadi sesuatu yang relevan untuk mengembangkan wisata edukasi dan penelitian, baik bagi pelajar, mahasiswa, maupun para ilmuwan dari dalam dan luar negeri.

Pengunjung sedang berfoto dengan Sigale-gale

Wisata MICE di Indonesia memiliki peluang yang besar untuk dikembangkan. Termasuk destinasi Danau Toba yang mempunyai paduan kultur dan alam yang menakjubkan. Dengan menyajikan latar panggung yang alami. Wisata MICE Danau Toba yang dapat dikelola diantaranya festival dan kompetisi musik, seni, paduan suara dalam tingkat internasional. Mengingat banyaknya musisi Indonesia yang berasal dari Tanah Toba. Selain itu, pertunjukkan kisah legenda asal muasal Tao Toba yang epik dan pertujukkan lain yang dapat mengangkat budaya lokal setempat. Kemudian pengembangan sport tourism yang menjual pemandangan sebagai daya tarik seperti olahraga paralayang, balap sepeda, marathon, dan pendakian ultralight.

  • Wisata Gastronomi

Wisata gastronomi tidak hanya berkaitan dengan tata boga, namun seni menyiapkan hidangan yang lezat, mengulik sejarah dan budaya makanan, kandungan nutrisi, dan tata saji. Wisata gastronomi dapat dikembangkan sejalan pada dunia kuliner yang sedang digemari wisatawan Indonesia. Berburu kuliner bukan sekadar mecicipi makan, namun juga mendapatkan pengalaman menarik lain di balik kelezatan sebuah hidangan dengan wisata gastronomi.

Toba pun mempunyai beragam kuliner yang menarik untuk dikemas menjadi wisata gastronomi. Diantaranya pengembangan wisata kopi dari kebun sampai menjadi produk minuman kopi. Kemudian sajian kuliner tradisional seperti mie gomak, ikan mas arsik, andaliman, kacang sihobuk, itak gurgur, lappet, ombus-ombus, dan lain sebagainya.

  • Pengembangan Wisata Halal

Peringkat Wisata Halal Indonesia berada pada peringkat keempat pada tahun 2021 berdasarkan skoring Global Muslim Travel Index (GMTI) dari total 140 negara. Peringkat ini turun tiga peringkat di mana pada tahun 2019, Indonesia meraih peringkat pertama. Indonesia dengan mayoritas penduduk muslim terbesar di dunia memberikan poin plus untuk mengembangkan destinasi wisata halal. Di mana penduduk muslim dapat menjadi penggerak wisata yang terampil dalam mengembangkan wisata halal.

Kriteria destinasi halal diantaranya aksesibilitas, komunikasi pemasaran, lingkungan, dan pelayanan. Dalam indeks GMTI tersebut, Indonesia memiliki keunggulan pada lingkungan dan pelayanan yang layak menyuguhkan wisata halal. Sedangkan untuk askesibiltas dan sarana komunikasi masih perlu ditingkatkan secara maksimal. Wisata halal setidaknya mencakup keamanan, kenyamanan dan terpenuhinya syarat sebagaimana wisatawan muslim saat pergi melancong. Tersedianya makanan halal, fasilitas ibadah, atraksi dan aktivitas yang halal, rekreasi yang memberi ruang privasi, penyediaan toilet dengan ketersediaan air bersih yang memadai, dan minimnya islamofobia merupakan kunci utama pengembangan wisata ini.

Pasar wisata halal adalah pasar yang menjanjikan. Di mana jumlah wisatawan muslim diperkirakan akan kembali normal pada tahun 2023. Sangat mungkin jika Danau Toba ikut mengambil kesempatan mengembangkan wisata halal. Meskipun mayoritas masyarakat di Danau Toba adalah non muslim, hal ini perlu dipertimbangkan berkaitan dengan potensi kunjungan wisatawan dari negara muslim seperti Malaysia, Arab Saudi, UEA dan Timur Tengah lainnya.

Dengan adanya pariwisata halal, restoran halal akan mendapatkan peluang dua kali lebih besar untuk menggaet wisatawan muslim dan non muslim. Terlebih, kunjungan wisatawan asing terbanyak yang datang berkunjung ke Indonesia dan khususnya Provinsi Sumatera Utara berasal dari negeri jiran, Malaysia. Dengan pengembangan wisata halal di Danau Toba maka akan menambah standar kelayakan destinasi Danau Toba untuk maju ke ranah global.

Share:

Instagram