Mei 29, 2018

Berlayar 14 Jam Naik KMP Sembilang


KMP Sembilang
Berlayar di atas KMP Sembilang menjadi rekor dengan waktu terlama yang pernah saya rasakan selama menggunakan jasa ASDP. Perjalanan ini menyimpan cerita menarik yang saya dapatkan selama berada di atas kapal. Perjalanan yang sekaligus membuat saya semakin cinta dengan Indonesia. Karena saya jadi tahu lebih jauh tentang lautan Indonesia dari wilayah perairan Kepulauan Riau. Betapa kayanya potensi kemaritiman itu. Saya berada di area 2/3 Nusantara. Wilayah yang sangat luas dan kaya.
Sore yang cerah, saya bersama teman-teman Ekspedisi Nusantara Jaya Pemuda sudah berada di Pelabuhan Telaga Punggur. Para penumpang memenuhi area dermaga tepat di depan titik masuk ke kapal. Sekitar pukul empat lewat, penumpang mulai masuk ke dalam kapal. Aktivitas yang tampak saat itu tidak hanya hilir mudik penumpang pejalan kaki tetapi juga penumpang dengan kendaraan pribadi dan beberapa truk pengangkut logistik. 

Pelabuhan ini menggambarkan betapa bergunanya fasilitas dan infrastruktur laut untuk kepentingan masyarakat kecil. Mobilitas untuk melintasi antar pulau. Untuk menyambung jarak dan mengejar ketertinggalan pembangunan. Upaya memeratakan sektor ekonomi sehingga dapat memicu kemajuan daerah. Saya menganggap moda transportasi laut tidak kalah prioritasnya dibandingkan moda yang lain, terlebih cita-cita Presiden Jokowi hendak menjadikan Indonesia sebagai poros maritim dunia. Maka sudah waktunya kita kembali berjaya di lautan dengan membangun kekuatan dan memperbaiki kekurangan yang ada di sektor kemaritiman.

Saat berlabuh di Pelabuhan Telaga Punggur 
Saat memasuki lambung kapal, kami langsung naik ke lantai dua kapal. Ruang penumpang yang saling tersambung. Ada kelas VIP, kelas ekonomi, ruang dengan fasilitas tempat tidur, fasilitas toilet dan musholla. Kemudian menuju ke lantai tiga, area terbuka yang cukup lapang (geladak atas). Berbatasan dengan sisi belakang ruang operasi kemudi. Pada titik ini, sedikit areanya tertutupi atap seng. Dibatasi jejeran tong berisi tanaman. Terdapat cerobong asap di sisi sudut kanan dan kiri. Tiang bendera di sisi tengahnya. Lantai besi bercat kehijauan. Pada sisi luar pagar besi, beberapa tabung yang menurut saya berisi pelampung. Disitu terdapat tulisan KMP Sembilang bercat hitam.

Kapal Ferry yang kami naiki berjenis kapal RORO (Roll On Roll Off). Kapalnya berwarna putih dengan sedikit corak biru dan oranye. Kapal perintis ini berukuran sedang. Dimensi panjangnya 45,5 meter, lebar 12 meter dan tinggi 3,2 meter. Memiliki berat kotor 560 GT dengan tiga geladak yaitu dasar, antara dan atas. Kecepatan kapal ini mencapai 12 knot.

Tidak lama, tanda sinyal keberangkatan berbunyi. Pintu rampa kapal sudah tertutup rapat. Kapal mulai berlayar meninggalkan dermaga. Kapal berlayar cukup pelan. Semakin lama semakin menjauhi Pulau Batam. Saya melihat galangan kapal dengan alat bongkar muat pada sisi kanan. Gundukan tanah berwarna kemerahan bekas dikeruk. 

Kapal melintasi perairan Kepri. Banyak pulau-pulau kecil dengan vegetasi yang merapat di atasnya. Tumbuhan tropis berwarna hijau. Hal yang tidak bosan untuk disaksikan. Kami sangat menikmati pelayaran di geladak atas. Saling bercengkerama satu sama lain. Bersama kawan-kawan baru dari berbagai penjuru daerah. 

Keseruan bareng kawan-kawan ENJ Pemuda Rute Kepri
Gelombang lautan cukup bersabahat. Laju kapal terasa tenang. Pemandangan senja lantas menjadi tontonan. Saat matahari hendak kembali ke ufuk barat. Garis cakrawala sedikit merona dengan awan tipis abu-abu di atasnya. Sangat indah sekali suasana kala itu. Kami semua menyaksikan fenomena alam itu dengan berdiri merapat ke pinggiran pembatas geladak saking terpesonanya dengan aura jingga di tengah lautan.

Hari mulai gelap, kami beribadah sholat maghrib berjamaah. Selepas itu, kami melakukan rapat untuk membahas kegiatan yang akan kami lakukan di lokasi tujuan ekspedisi masing-masing. Deru angin malam mulai terasa sepoi-sepoi. Malam pun semakin larut, sekitar pukul sebelas, kapal bergoyang terasa kuat sekali saat menghempas ombak. Ditambah kencangnya angin yang menerpa tanpa adanya pembatas ruang di geladak atas. Rupanya kami sudah memasuki Selat Cempa. Beberapa kawan terkena mabuk laut. Ada yang pusing, mual, lalu muntah. Angin malam memang kurang sehat untuk badan, apalagi kami berada di lautan lepas. Akhirnya saya turun menuju ruang penumpang untuk menetralisir tubuh dari terpaan angin malam. Beristirahat di kursi penumpang yang menurut saya agak kurang nyaman untuk pelayaran berjam-jam. Kursi plastiknya terasa kaku di badan saat digunakan untuk tidur.

Esok paginya, selepas subuh kami semua berkumpul kembali di lantai atas. Menikmati udara pagi yang dingin. Mentari timur menyembul di balik pulau kecil yang menggunduk seperti bukit. Gumpalan awan tipis memenuhi bagian atasnya. Rona jingganya saja yang menyapa. 

Indahnya pemandangan sore (kiri atas) dan pagi di atas KMP Sembilang
Banyak jua penumpang lain yang melihat pemandangan dari atas geladak utama. Kami berbincang dengan mereka. Menanyakan tentang pulau terpencil yang akan kami tuju di Singkep. Seorang bapak menunjuk ke arah Pulau Lingga di mana Gunung Daik berada. Beliau pun menceritakan banyak hal kepada kami. 

Kapal melewati banyak pulau-pulau kecil. Beberapa tambak ikan mengapung di lautan lepas. Sebentar lagi kapal akan berlabuh. Tepat pada pukul tujuh lebih, kami tiba di Pelabuhan Jagoh. Berada di kapal berjam-jam berakhir sudah. Selamat datang di Dabo Singkep.

Tiba di Pelabuhan Jagoh, Dabo, Singkep
Perjalanan Balik Dari Jagoh ke Punggur

Sekembalinya saya dan kawan-kawan dari Singkep. Kami kembali menaiki KMP Sembilang menuju Batam. Keberangkatan dari Pelabuhan Jagoh tepat pada malam hari setelah waktu isya. Kami langsung menuju ke kursi penumpang untuk menaruh barang-barang. Kemudian mencari lapak untuk tidur. Sebagian kawan ada yang menggelar tikar di dekat kursi. Banyak pula penumpang lain yang memenuhi ruangan dengan menggelar alas agar dapat tidur selonjoran. Tidur di lantai memang lebih nyaman dibanding tidur di kursi penumpang. Maklum kami hanya penikmat ruang kelas ekonomi.

Perjalanan pulang menuju ke Batam
Kesempatan pulang ini tidak saya sia-siakan. Esok paginya, saya dan Ical meminta izin ke kapten kapal untuk dapat memasuki anjungan. Disana kami melihat kru kapal menjalankan operasional pelayaran. Ruangan anjungan berisi kemudi, alat navigasi dan alat pendukung utama yang sangat penting fungsinya untuk membawa penumpang merasakan keamanan dan kenyamanan di atas kapal hingga tiba ke tujuan. Kemudian kami diceritakan tentang KMP Sembilang, bagaimana agar menghindari gelombang ombak yang kencang, dan bagaimana pengalaman bekerja di sektor maritim.

Sharing dengan Kapten dan Kru Kapal
Saya pun merasa antusias berada di dalam anjungan ini. Melihat mereka bekerja mengoperasikan kapal. Mengarungi lautan lepas mengantarkan penumpang. Menyebrangi selat. Mengantarkan barang logistik. Menumbuhkan potensi ekonomi daerah. Menjadi sarana utama transportasi rakyat kecil berpindah antar pulau. Sangat berjasa sekali bagi banyak orang.

Anjungan kapal
Saya melihat Indonesia lebih jauh. Disini saya mulai paham bahwa Indonesia memang benar negara kepulauan dengan begitu luasnya area maritimnya. Biasanya saya hanya melihat jalan-jalan raya. Bangunan beton menjulang. Hampir tidak pernah berinteraksi dengan lautan, seolah membelakangi. Sekarang yang ada di depan mata, hanya hamparan lautan membiru begitu luas. Berapa nilai kekayaan lautan ini.

Saya kemudian teringat memori tempo dulu, betapa senangnya melewati Selat Sunda ketika hendak mudik ke Pulau Jawa. Dua jam saja waktu yang dibutuhkan untuk menyebrang dari Bakaheuni ke Merak. We Serve Indonesia adalah tulisan yang biasa tertulis di lambung dinding luar kapal yang lalu lalang.  ASDP IndonesiaFerry sejak lama melayani penyebrangan lalu lintas sungai danau dan perairan di penjuru Indonesia. Sesuai dengan motto We Bridge The Nation, Bangga Menyatukan Nusantara, menembus batas lautan untuk sampai ke seberang. Semoga ASDP tetap menjadi garda terdepan yang melayani rakyat Indonesia khususnya mereka yang berada di pulau-pulau terpencil.

Sekitar pukul 08.13 WIB, kapal merapat ke dermaga Telaga Punggur. Entah mengapa perjalanan pulang selalu lebih cepat ketimbang saat berangkat. Entah memang seperti itu atau hanya sugesti. Tetapi benar, kapal hanya berlayar 12 jam saja. Berbeda dua jam dibandingkan saat berangkat. 

Tujuan adalah akhir perjalanan belasan jam dengan momen yang sungguh berkesan. Asyiknya naik Ferry saya jadi tahu lebih jauh wilayah Nusantara dari sisi kelautannya. Selain itu, banyak hal seru yang bisa dilakukan seperti mengitari ruangan kapal, berinteraksi dengan orang-orang. Melihat matahari terbit dan terbenam. Beberapa teman berkaraoke di ruangan penumpang. Menyantap mie instan dan teh hangat di saat lapar. Melihat pemandangan dari geladak atas dan sebagainya. Memori ini menjadi kenangan yang akan saya kenang dalam catatan juga ingatan. Sampai jumpa lagi naik Kapal Ferry di rute asyik lainnya.

Momen asyik di atas kapal
Lintasan Penyebrangan:
Telaga Punggur – Dabo (Hari Selasa dan Jum’at pukul 17.00 WIB)
Dabo – Telaga Punggur (Hari Senin dan Kamis pukul 20.00 WIB)
Waktu Tempuh Perjalanan 14 jam dengan jarak 118 km

Biaya penumpang pejalan kaki:
Dewasa Rp69.500
Anak-anak Rp58.500 

Sekedar informasi bagi kalian yang akan mudik atau liburan antar pulau, hendak menuju ke pulau-pulau di penjuru Nusantara, bisa banget menggunakan jasa penyebrangan Kapal Ferry ASDP di sekian lintasan kapalnya. Kalian dapat mengecek rute dan harga tiket, bahkan memesan tiketnya secara online di link berikut www.indonesiaferry.co.id  .
Yuk naik Kapal Ferry!

Berikut video pelayaran selama di atas kapal.



Share:

Mei 23, 2018

Rekomendasi Villa di Baturraden


Kalau kalian ingin berlibur ke Purwokerto, maka Baturraden merupakan destinasi wajib yang dapat kalian jelajahi karena disana ada banyak wisata alam menarik dan cantik. Tentunya membuat waktu liburan kalian semakin menyenangkan. Jarak Baturraden dari pusat Purwokerto sendiri hanya sekitar 30 menitan saja, tetapi suasana dan lingkungan yang berada di lereng pegunungan memberikan kesan yang berbeda untuk dicoba.

Banyaknya penginapan dan villa yang terdapat di lokasi wisata ini, ada satu rekomendasi yang dapat kalian jadikan bahan referensi untuk tempat menginap. Villa yang dikelola oleh Palawi dengan beragam fasilitasnya akan membuat kalian nyaman dan betah untuk leye-leye manja selama berlibur disana. Anak perusahaan Perhutani ini memang fokus dalam mengembangkan wisata alam yang berada di area hutan. Jadi sudah bisa dibayangkan, bagaimana sejuknya, damainya, dan segarnya tinggal di area hutan di mana kalian dapat menenangkan diri sejenak dari kesibukan pekerjaan sehari-hari.

Palawi sendiri mempunyai tiga jenis Villa sebagai berikut:

1. Villa Ebony



Villa bertingkat dua ini memiliki jumlah kamar sebanyak 14 ruangan. Terdapat 4 ruangan superior dengan tipe single bed, 8 kamar deluxe dengan tipe single maupun twin bed, dan 2 kamar eksekutif dengan kasur double. Villa ini memiliki balkon yang menghadap ke selatan. View Purwokerto akan menjadi pemandangan yang jelas terlihat dari lantai dua villa ini. Untuk harga per malam menginap di villa ini budget yang diperlukan sebesar 9,4 juta rupiah. Villa ini cocok untuk kalian yang memiliki anggota keluarga besar, acara outing bersama teman-teman kantor kalian, atau acara reunian bersama teman yang sudah berkeluarga.

2. Villa Accacia



     Villa ini memiliki total empat kamar tidur berjenis deluxe. Tipe kasurnya adalah double dan twin bed. Kalau villa ini kelebihannya pada ruang utamanya yang sangat lapang. Harga per malam untuk menginap disini dibutuhkan 3,4 juta rupiah.

       3. Villa Agathis

Villa Agathis
Berdekatan dengan Villa Accacia, dengan jumlah kamar sebanyak 6 ruangan bertipe superior single bed. Ruang utama villa ini menghadap ke jendela kaca dengan pintu dorong di mana viewnya adalah lanskap Purwokerto. Budget yang diperlukan untuk menginap di villa ini sama dengan Villa Accacia yaitu 3,4 juta per malam.



Fasilitas ketiga villa ini diantaranya terdapat dapur, kulkas, air panas dan dingin, pemanas air, LCD TV, full bathroom amenities, shower, make up mirror, teko kopi dan teh, sarapan gratis dan kalian mendapatkan tiket gratis masuk ke Wana Wisata (Kebun Raya Baturraden). Untuk mendapatkan paket lengkap termasuk untuk makan siang atau makan malam, kalian juga bisa mencoba beragam makanan tradisional yang disediakan.




Wisata apa yang bisa kalian kunjungi disana
  1. Pancuran Telu
  2. Pancuran Pitu
  3. Taman Labirin
  4. Telaga Sunyi
  5. Curug Telu
  6. Curug Bayan dan Curug Gede
  7. Curug Penganten
  8. Curug Jenggala
  9. Lokawisata Baturraden, dsb.

Wana Wisata Resort Baturraden
Jalan Bumi Perkemahan Wana Wisata Baturraden
Kemutug Lor, Baturraden, Banyumas, Jawa Tengah

Contact Person:
Office: (0281) 681 616
Sista: 0813 9144 2211
Fajar: 0852 2788 8030
Adi: 0812 2594 863

Share:

BERLALU

Hampir setahun sudah.
Semuanya masih terbayang akan kesibukan kala itu.
Setahun sudah aku meninggalkan juga ditinggalkan.
Nyatanya belum juga terhapus di memoriku.
Tentang ketidaknyamanan, kerinduan, kesedihan, masa bertahan dan akhirnya memilih jalan pulang.

Kini aku sudah berada di titik luar yang lain.
Masih saja terbayang.
Padahal ingin ku kubur semua cerita masa itu.
Jalan ini masih ingin ku lalui lebih jauh.
Meski entah kapan akan bertemu.

Pilihan memang kadang tidak semudah semau kita.
Inginnya lurus, kadang berbelok.
Kadang terjatuh menabrak kerikil.
Sama seperti jalan menuju Semeru.
Naik turun semangatnya.
Letih untuk terus melangkah hingga sampai ke Ranu Kumbolo.

Bahkan berhenti di titik yang belum jua sampai.
Terlalu lama.
Diam, sesekali bayangan masa lalu kembali terbayang.
Rasa bersalah.
Menyesal karena salah.
Membela, manusia gudangnya salah.

Perjalanan lain ini nyatanya belum selesai.
Jalan yang dulu kau yakin sampai.
Tujuan, cita-cita, harapan dan impian.
Masih jauh dari kenyataan.
Aku masih di seperempat jalan.
Atau masih di luar titik balik.
Entah kapan akan sampai.
Semoga saja, waktu yang terbaik.

Share:

Mei 19, 2018

Full Speed Ahead Coffee - Tempat Nongkrong Asik Purwokerto

Kitchen bar table. Masih anyar banget kan.

Maraknya tempat ngopi alias kafe-kafe baru yang menjamur di beberapa kota Indonesia, membuat banyak pilihan untuk sekedar nongkrong, ketemu doi (klien) maupun ngerjain tugas. Warkop sekarang menjadi tempat yang asik untuk beragam tujuan. Nah, Untuk kalian para penggemar kopi, FSA (Full Speed Ahead) Coffee bisa menjadi salah satu tempat nongkrong untuk kalian kunjungi di Purwokerto. Kafe ini baru saja dibuka awal Mei lalu.
 
Ini interiornya gaes, what do you think?
Memasuki ruangan kafe ini, lampu pijar oranye sekilas sebagai penerang ruangan yang ada disana. Kita bisa memilih ruangan bebas asap rokok ataupun kalau kalian merokok, tenang gaes ada ruangan smoking room. Ya dua ruangan ini dibatasi pintu dan kaca. Ruangan di kafe ini terbilang cukup cozy. Furnitur kayu mendominasi meja bar, meja dan kursi tamu, dan beberapa ornamen sebagai hiasan seperti tempat lampu dan rak buku (pajangan).

Kafe ini menyediakan bermacam kopi dari penjuru Nusantara. Dari Gayo, Lampung, Sampit, Bali entah apalagi. Kalian pun bisa mencoba menu-menu yang tersedia. Harganya ada yang di bawah 10k, banyak juga yang di atas 10k. Kalau kalian tidak suka kopi, ada juga minuman non kopi yang ditawarkan. 

Mau? Lihat foto bawah.
Ada mojito, es coklat, squash, dan lain sebagainya. Untuk menu makanannya ada burger, roti bakar, pisang bakar, aneka gorengan, dan lain-lain.

Burgernya gede gaes, bisa buat dua orang.

Roti bakar keju milo. Gausah nanya rasa, pasti enak.
 
Boled goreng aka Cassava Fries
Suasana kafe yang terbilang berada di jalanan yang tidak cukup ramai memberikan kesan tempat ini sepi dari keributan lalu lalang kendaraan. Untuk kalian penikmat kafe dengan wifi dan colokan, tenang, disana juga bisa kalian dapatkan. Fasilitas lain seperti toiltet, musholla, dan area parkir yang cukup lapang sehingga membuat kita makin nyaman ketika berkunjung kesana. 

Mudah saja untuk menemukan tempat ini, lokasinya yang dekat Alun-Alun Purwokerto (pusat kota). Yuk cobain tempat nongkrong asik teranyar di Purwokerto.

Full Speed Ahead Coffe
Jl. Kranji No.37 Purwokerto Timur 
Share:

Mei 11, 2018

Famtrip Blogger - Jelajah Hutan Sampai ke Pancuran Pitu

Minggu pagi, pukul tujuh kurang kami baru bergegas untuk memulai trekking ke Pancuran Telu. Jalur yang dilalui adalah jalan setapak sebelah utara Graha Tectona yang mengarah ke area lokasiwata. Kami melewati jalan hutan, menyebrangi Sungai Belot yang mengering. Di atas sungai ini, tedapat jembatan gantung berwarna merah yang sudah tua sekali. Saking usangnya, akses jembatan tersebut sudah ditutup pagar untuk menjaga risiko keamanan. Kami melewati jalan kecil semak-semak yang berakhir ke sisi atas sebelah timur lokawisata. Kemudian melalui jembatan beton yang berada di atas Kali Gumiwang. Dari atas jembatan ini, saya melihat aliran sungai di bawahnya dengan debit air cukup deras beserta lanskap lokawisata yang sekelilingnya berwarna kehijauan. Setelah menuruni tangga, kami naik ke sisi bukit yang menuju ke arah Pancuran Telu. Dari titik di mana para pedagang berjualan, jaraknya tinggal 200 meter. Kemudian ada pintu masuk dengan tiket seharga Rp 13.000,- . 

Pancuran Telu
Sumber air panas pancuran telu memiliki area yang sempit. Lokasinya berada di antara cerukan bukit. Area ini memiliki kolam rendam, pemandian air hangat, dan area pijat belerang. Di dekat pancuran ini, terdapat makam Mbah Tapak Angin yang mitosnya adalah penunggu atau penjaga Gunung Slamet. Menurut cerita lain pula, petilasan tersebut merupakan makam Syekh Maulana Malik Ibrahim, penyebar agama Islam di Pulau Jawa yang datang ke tempat ini setelah melihat pancaran cahaya dari atas langit.

Tidak lama kami berhenti di tempat ini. Hanya mengamati sebentar, kemudian melanjutkan trekking menuju ke Pancuran Pitu. Jalur trekking yang sebenarnya pun dimulai. Tangga menanjak nan berkelok mengantarkan kami ke area hutan yang rapat. Sangat teduh sekali tempatnya. Pohon-pohon damar tumbuh tinggi puluhan meter. Daunnya yang menutup bagian atas, menyisakan sedikit ruang cahaya yang masuk. Jalanan semakin naik. Trek yang dilalui adalah jalanan batuan yang dibuat seperti trotoar. Bertangga-tangga, sehingga kaki bergerak dengan pola naik turun tangga yang berulang. Begitu terasa. Beruntung udara di sekitaran terasa segar. Trekking melewati area hutan ini asik sekali untuk melatih otot kaki. Hutan ini pula memiliki spesies tumbuhan yang kaya. Banyak tanaman dan bunga yang tumbuh di sekitaran sehingga kita bisa mengamatinya ketika sedang berhenti sejenak mengatur napas.


Hutannya ijo royo-royo

Bunga hutan
Sampailah kami melewati titik terakhir. Kami berhenti disana untuk menunggu kawan-kawan lain yang masih di belakang. Di titik ini, ada pos pemberhentian untuk beristirahat. Seorang bapak penjual es badheg (air nira kelapa) stand by disana. Si bapak siap menyuguhkan jamuannya kepada kami. Segarnya es badheg cukup melepas dahaga yang dirasa.

Ada penjual es badheg di hutan. Asik banget kan.
Tidak lama, Mba Idah dan Mba Wening pun sampai. Mereka ini luar biasa sekali. Trekkingnya sambil menggendong anaknya. Sedari kecil udah ngajak anaknya berinteraksi dengan alam. Keenan sama Yasmin jadi anak gunung nih kalau udah gede. Muka Mba Wening kelihatan lelah sekali sedikit pucat. Dia langsung istirahat dan minum es badheg.

Sedang asik berbincang di tempat ini. Muncullah tiga ekor burung elang tepat di atas kami. Ini bukan fantasi elang seperti yang terekam di film laga-laga itu. Hahaha. Burung elang itu beneran keluar dari sangkarnya yang entah ada dimana. Mengepakkan sayapnya terbang di atas ruang udara. Tidak lama kemudian menghilang.

Mba Sista datang membawa makanan untuk kami. Sebelum melanjutkan perjalanan, kami makan terlebih dahulu. Menunya adalah nasi bungkus daun jati dengan tumisan klika (kulit singkong). Warnanya agak kemerahan. Dipadukan dengan oseng tempe ireng dan telor sambel. Ini kali pertama saya menyantap klika. Rasanya sedikit renyah hampir seperti rebung. Makanan ini adalah sajian tradisional. Setelah kenyang, kami melanjutkan perjalanan dengan menaiki angkot yang disediakan pihak Palawi. Dari situ, lokasinya dekat dengan jalan raya. Sudah tidak jauh lagi untuk sampai ke pintu masuk Pancuran Pitu. Sekitar lima menit saja. Baru naik, sudah turun lagi. Ya lumayan, kalau langsung jalan lagi, bisa sengkil nanti. Sampai di depan pintu masuk, lanjut trekking lagi sekitar 15 menit untuk sampai Pancuran Tujuh. Jalannya menurun terus ke bawah.

Mari makan
Pancuran Pitu adalah tujuh aliran sumber air panas yang berasal dari puncak gunung. Aliran ini berwarna kekuningan hasil endapan belerang di saluran air yang dialiri. Ada juga bekas lumut yang menempel pada bagian batuannya. Airnya cukup terasa panas. Saking panasnya, biasanya pengunjung mencoba air ini untuk sekedar cuci muka merasakan airnya. Sedangkan untuk mandi, ada beberapa tempat asik yang bisa dicoba. Satunya kolam rendam yang letaknya di kamar mandi bilas,  air pancuran yang biasa dipakai bilas setelah pijat belerang, dan Goa Selirang yang memiliki debit air yang cukup deras dari atas.

Pancuran Pitu - Pijat Belerang - Goa Selirang
Berendam merupakan aktivitas yang seru dilakukan di tempat ini. Disarankan untuk pengunjung agar berendam tidak lebih dari 15 menit. Oya gaes, belerang dipercaya memiliki kandungan yang efektif untuk mengobati penyakit kulit dan sakit tulang. Kita dapat juga membeli serbuk belerang yang dijual untuk dibawa pulang. Serbuk ini bisa dipakai untuk masker kulit. Ini cocok banget buat yang suka perawatan kulit (biasanya sih perempuan yang lebih aware).

Selain itu, pijat belerang melemaskan anggota badan sehabis trekking pun menjadi aktivitas menarik untuk dilakukan. Kita bisa mengeluarkan kocek Rp 10.000,- untuk pijat kaki saja atau Rp 30.000,- untuk kaki dan badan. Kalau perut lapar, ada kuliner sate kelinci atau sate ayam yang bisa kita coba disini.

Saya dan beberapa teman lain turun menuju ke Goa Selirang. Menuju ke goa sekitar 5 menit saja. Nampaklah semacam tebing di pinggiran bukit di mana endapan sulfur yang nampak apik untuk dieksplorasi. Ada dua tingkatan bukit yang dilaluinya. Yang satu adalah Goa Selirang, tepat di mana batuan seperti goa kecil, lalu di bawahnya tebing berwarna kuning keemasan dialiri air yang bertemu dengan sumber mata air dingin pada aliran Sarabadak.

Kami mandi-mandi di Goa Selirang. Merelaksasi tubuh dengan hangatnya air yang membasahi. Air yang mengena ke badan seperti memijat-mijat. Suasana tenang ditemani suara-suara alam. Badan yang tadi membuang tenaga selama trekking kian rileks. Sangat asik sekali kegiatan famtrip menjelajah wisata alam yang ada di Baturraden.  

Goa dan Tebing Selirang
Belum berakhir begitu saja. Kegiatan sehabis jelajah wisata alam. Kami kembali ke villa untuk bersih-bersih. Makan siang sudah ditata di atas meja. Menu makanan sangat menggoda dengan sajian bancakan (liwetan). Ada ayam goreng, tempe tahu, kluban (urap), lalapan, mie goreng, kerupuk, dan sambelnya yang juara. Asli sambelnya nampol banget. Semua pada lahap makannya. Saking lahapnya, porsi makanan segitu banyaknya kan gak abis-abis tapi tetap nguyah. Hahaha. Jadi Palawi juga menawarkan paket lengkap gaes seperti kuliner tradisional yang menarik sekali untuk dicoba seperti di gambar ini.  

Ku suka sambelnya
Gak lama setelah makan, kami beranjak ke labirin. Games cepet-cepetan ambil bendera di tengah labirin. Kami dibagi empat kelompok. Masing-masing terdiri dari tiga orang. Games ini cukup membuat goncangan yang membuat perut wegah. Pemenangnya adalah tim empat. Yaiyalah menang karena mereka sudah ngapalin itu jalur dari kemarin. Hahaha. Sengat senang, bahagia, asik sekali bisa menginap di Villa Agathis sekaligus mengeksplore Wana Wisata Baturraden.

Acara Famtrip Blogger Goes To Palawi Baturraden pada 5 - 6 Mei 2018 diselenggarakan oleh PT Palawi Risorsis . Maturnuwun Palawi.

Share:

Mei 10, 2018

Famtrip Blogger - Dolan Maring Palawi Baturraden

Para blogger bahagia
Kali ini saya ingin berbagi cerita keseruan famtrip #BloggerGoesToPalawi weekend kemarin yang masih belum terlupakan. Kok rasa-rasanya pengen lagi ya. Gimana gak senang maksimal? Karena kami dilayani dengan sangat apik oleh manajemen PT. Palawi Risorsis untuk mengeksplore apa saja yang bisa dinikmati di area Wana Wisata Baturraden. Oh ya just FYI aja nih, Palawi itu anak usahanya Perhutani yang bergerak di bidang wisata alam, makanya namanya Perhutani Wisata Alam. Tidak hanya pengembangan dan pembangunan potensi wisata alam, Palawi juga memenuhi kebutuhan yang menunjang pengelolaan sektor pariwisata seperti tour & travel, villa penginapan, camping ground, wahana bermain, MICE, outbond area, dan sebagainya. Nah dua unit bisnis yang sudah dikelola dengan cukup baik oleh Palawi diantaranya Wana Wisata Coban Rondo yang terletak di Pujon Malang dan Wana Wisata Baturraden yang menjadi lokasi kami memanjakan diri saling berinteraksi di area hutan lereng selatan Gunung Slamet.

Udara di Baturraden terkenal adem nan sejuk. Suasana inilah yang menyambut kedatanganku ketika melewati jalanan menanjak hendak memasuki area Wana Wisata Baturraden. Pepohonan berbatang besar menjulang tinggi dengan daun yang menutup bagian atas cukup rapat. Hamparan bunga berwarna warni banyak tumbuh di area lahan yang datar. Lokasi pertama yang kami tuju mengarah ke sebelah timur dari pintu masuk yaitu Villa Agathis, tempat menginap kami selama famtrip. Villa ini berdekatan dengan Villa Accacia, wahana flying bike dan juga taman labirin.

Villa Agathis dan Accacia rate per malamnya 3,4 juta
Memasuki ruangan villa, ibu-ibu yang sedang beberes perlengkapan di dapur menyambut kami kemudian menyuguhkan lemon tea hangat. Saya dan Mba Olipe datang duluan sekitar pukul sebelas siang. Terdapat ruang utama yang lapang dengan penataan sofa memanjang pada sisi dinding. Ruangan ini cocok sekali untuk leye-leye santai menikmati suasana sekitaran yang sunyi sejuk. Dinding dengan kaca bening membuat view lanskap Purwokerto terlihat jelas. Pintu dorong mengakses ke teras dan area untuk bakar api unggun.

Villa ini memiliki enam ruang kamar tidur. Masing-masing kamar memiliki kasur berukuran dua orang, tv lcd, cermin, tempat sampah kecil, almari dengan handuk menggantung dan sandal di bawahnya. Pada ujung ruangan, ada kursi dan meja dengan teko pemanas, sendok dan gelas, air mineral, beserta kopi dan teh kemasan. Ornamen ruangan bercorak batik memadu dengan cat berwarna putih memberikan kesan yang terang. Kamar mandi terdapat di masing-masing kamar dengan shower, closet, dan tersedianya air panas. Jadi gak perlu takut dingin kalau menginap di villa ini. Menginap disini kalian bakalan puas dengan fasilitas yang tersedia. Alasan utamanya adalah setiap sudut ruangan tertata rapi juga bersih. Untuk rate menginap semalam di Villa Agathis ini, harga yang dipatok sebesar Rp 3.400.000,- dengan kapasitas 12 orang. Harga tersebut sudah termasuk sarapan dan tiket masuk Wana Wisata loh. Cukup murah bukan?

Fasiltias Villa Agathis
Tidak lama, peserta famtrip lain mulai berdatangan. Mba Dian dan Mas Yugo dari Jogja. Ella, Rois, dan Mas Pradna dari sekitaran Purwokerto. Setelah makan siang, kami menuju ke Telaga Sunyi yang berjarak sekitar 10 menit dengan menaiki mobil. Kami berangkat duluan karena rombongan Mba Idah dkk belum sampai. Mereka menyusul ke telaga langsung. Oya gaes, masuk ke telaga ini pengunjung cukup membayar Rp 13.000,- saja.  

Nyatanya tidak sesunyi dan sehoror kata orang-orang. Ya pada intinya semua tempat adalah bagaimana caranya agar kita bisa menjaga perilaku yang sewajarnya. Di area parkiran saja ramai dengan kendaraan pribadi. Telaga ini sering dikunjungi oleh pegiat selam bebas dan cliff jumping. Dari area parkiran, kita cukup berjalan sekitar seratus meter saja melalui jalanan pinggiran sungai yang dilengkapi pagar pembatas. Lokasinya berada di aliran Kali Pelus. Sungai yang mengalir dari hulu ini memiliki banyak batu-batuan besar di celahnya. Kenapa dinamakan telaga? Saya berasumsi karena telaga ini seperti kedung atau kolam dengan kedalaman bervariasi hingga mencapai lima meter. Airnya berwarna kebiruan, jernih sekali. Dasarnya terlihat terang. Sebagian berisi batu-batuan yang terkena lumut.

Beberapa dari kami berenang di telaga ini. Satu hal yang perlu diperhatikan adalah suhu airnya yang sangat terasa dingin. Baru nyemplung saja dinginnya langsung menusuk ke badan. Pada bagian pinggirannya, kedalaman di atas satu meter, sementara pada area tengah hingga ke titik jatuhnya air merupakan titik terdalam telaga. Makanya lokasi ini sering dipakai untuk latihan free diving, selain kedalaman yang mendukung, pemakaian baju selam, fin, snorkel, dan kacamata akan lebih asik lagi menjelajah bawah airnya. Baru berapa menit berada di dalam air, saya tidak kuat menahan rasa dingin airnya yang bisa dibilang seperti air es. Saya tidak lama langsung mentas sebab menahan dingin. Jika kalian tidak jago berenang tapi ingin merasakan sensasi airnya seperti apa, sebaiknya mengajak operator untuk mengawasi atau kita dapat menyewa pelampung maupun ban di dekat area parkiran. Ketika kami datang kesana kemarin, aliran debit air yang jatuh tidak deras. Dengan ketinggian kurang lebih tujuh meter. Permukaan air telaganya pun tenang sehingga relatif aman untuk berenang, beruntungnya juga kondisi cuaca sedang cerah. Alhamdulillah semesta mendukung kegiatan kami hingga tidak terasa sudah dua jam lamanya berada disana.

Telaga Sunyi airnya sedingin air es. Hahaha.
Aktivitas keseruan masih berlanjut. Setelah ashar, kami mencoba wahana flying bike yang berada di atas hamparan bunga. Untuk mencoba wahana ini, pengunjung cukup membayar Rp 20.000,-. Wahana dengan jalur sepanjang 55 meter dengan tinggi kurang lebih 5 meter ini apabila dilihat dari bawah terlihat biasa saja. Adrenalin akan terasa ketika sudah berada di atas sepeda. Ya, saya memberanikan diri untuk mencoba giliran pertama. Memakai alat keamanan yang disediakan. Saya melihat ring roda sepeda tersebut menjejak ke sling besi yang dilapisi selang, rasa takut mulai menyerang. Ketika menaiki wahana ini, kita tidak perlu menggowes sepeda. Nanti ada operator yang menarik sepeda dari bawah. Kita seminimal mungkin untuk tidak bergerak bebas agar tetap menjaga kestabilan saat berada di atas sepeda. Dag dig dug saat sepeda mulai melaju. Apa yang dirasa rupanya cukup tegang ketika melihat ke arah bawah. Kot tinggi juga ya. Ditambah lagi kawat besinya sesekali bergoyang. Tapi gak apa, tetap stay cool aja padahal mah melawan rasa takut yang mendera. Berhasil juga sampai ke titik akhir pemberhentian. Wah lega rasanya berhasil menepis rasa takut pas di atas. Tenang gaes, kata operatonya wahana ini aman-aman saja saat digunakan sejak awal dibuka.

Wahana flying bike. Seru cuk.
Keseruan kami belum berakhir. Di seberang hamparan bunga, terdapat Taman Labirin Baturraden. Tentu saja kami mencoba wahana ini. Ceritanya sih untuk menghapal rute labirin untuk games yang akan diadakan besok. Hahaha. Rumput pagar yang dirawat membentuk jalan yang cukup rumit. Jalur ke kanan memutar-mutar hingga ke paling ujung untuk mencapai ke titik tengah labirin. Jika dibandingkan dengan jalur kiri, kita akan lebih mudah dan cepat untuk sampai ke titik tengah. Labirin ini lebih luas ukurannya daripada labirin yang ada di Coban Rondo. Jalurnya pun berbeda, kontur naik turun dengan block paving. Mengitari labirin ini cukup mengasah otak juga, jangan sampai tersesat mah pokoknya. Kalau tersesat, kita bisa naik ke deck pandang untuk melihat jalur yang benar. Jumlah deck-nya ada dua. Letaknya ada di depan sehingga bisa kita gunakan sebelum memasuki labirin dan yang kedua ada di dalam labirin. Seru loh muter-muer mencari jalan keluar di wahana labirin. Untuk mencobanya, kita cukup membayar tiket masuk Rp 10.000,- .

Taman Labirin Baturraden
Malam harinya, kami makan malam bersama di teras villa dengan santapan kuliner yang lezat. Menunya adalah ikan mujair, pecak jantung, oseng dage kuncar, tempe goreng dan sambel terasi. Masakan yang disajikan adalah olahan khas Baturraden. Saya doyan sama oseng dage kuncarnya. Bau harumnya menambah sedapnya makanan. Apalagi sambelnya yang terasa pedas, cocok seklai dimakan saat udara di luaran cukup dingin. Kami makan di area teras dengan pemandangan lampu oranye yang memenuhi dataran rendah di bawah sana. Sangat epic sekali momennya.

Santapan kuliner malam. Ngeliatnya aja udh kenyang. Alhamdulillah.
Sehabis makan, sesi sharing dan ngobrol dengan manajemen Palawi sekaligus menunggu api unggun dinyalakan. Ya, kami diberikan informasi tentang Palawi lebih jauh serta progres pengembangan wisata alam Baturraden. Menu jagung bakar, mendhoan, dage goreng menemani sesi acara tersebut. Api unggun pun dinyalakan. Semua peserta langsung mengerumuni sumber kehangatan itu. Menghabiskan malam minggu dengan momen yang asik bersama kawan-kawan bloger dan manajemen Palawi. Sungguh momen yang mengesankan. 


Acara Famtrip Blogger Goes To Palawi 5 - 6 Mei 2018 diselenggarakan oleh PT. Palawi Risorsis Unit Bisnis Wana Wisata Baturraden.

Share:

Mei 02, 2018

The Village, Ruang Wisata Zaman Now Purwokerto

Halaman depan The Village

Destinasi wisata The Village hadir dengan konsep baru sesuai tuntutan era milenial. Sejak dibuka Februari 2018 lalu, tempat ini cukup popular sebagai tujuan wisata pada akhir pekan. Mengusung ruang taman kota yang dibangun dengan rancang bangunan yang apik dengan bergaya Eropa membuat The Village cocok dijadikan sebagai lokasi swafoto.

Taman bunga warna-warni
Bangunan dengan arsitektur yang apik

Mudah saja untuk menjangkau lokasi ini. Letaknya yang tidak jauh dari pusat kota Purwokerto, kita bisa menempuhnya dengan angkutan umum yang mengarah ke Baturraden (angkot ijo) maupun angkutan online. Berada di Jalan Raya Baturraden KM 7, Rempoah, Baturraden. Wisata ini beroperasi dari pukul 10.00 – 21.00 WIB dengan harga tiket masuk Rp 10.000 pada hari kerja, Rp 18.000 ketika akhir pekan, dan cukup Rp 5.000 saja ketika menjelang maghrib (malam hari).

Kanal dan jembatan untuk gembok cinta
Warung kopi
Konsep tempat wisata ini memang cukup menarik. Bangunan-bangunan modern dengan eksterior bata merah yang menjadi khas The Village terbilang oke untuk sekelas wisata baru di Purwokerto. Ditambah tanaman bunga berwana-warni, jalur kanal di bawah jembatan, café, pujasera, dan beberapa wahana yang bisa kita coba.

Pujasera dengan beragam kuliner yang bisa kita coba
Disana kita bisa mencoba wahana paddle boat yang mengitari kanal, membeli gembok cinta dan menguncinya di jembatan yang berada di tengah-tengah ruang wisata ini, atau mencoba menaiki mobil antik. Wisata ini sangat ramah untuk pengunjung anak-anak, seperti wahana rumah burung dengan puluhan love bird yang berkicau berterbangan, wahana berkuda, peternakan mini, rumah kelinci, ruang bermain anak-anak, dan ada juga labyrinth shipventure. Oh ya, kita juga bakalan bayar lagi untuk mencoba wahana-wahana tersebut. Jadi siapin banyak-banyak uang kalau kalian berlibur kesini. 

Kanal dengan wahana paddle boat
Beberapa lokasi swafoto pun bisa kita coba dengan properti yang penuh warna. Kalau cuaca mendukung, hasil foto dengan latar bangunan The Village akan ciamik loh. Ada baiknya kita berkunjung kesana ketika awal waktu operasional pukul sepuluh di saat matahari belum tepat di atas kepala atau pada sore hari. Lebih baik lagi, jika membawa payung sebab di siang hari matahari sangat terik dan masih kosongnya tanaman rindang yang ditanami disana, jadi bakalan panas banget. Kalau pun kepanasan, kita bisa ngadem di food court sekalian nyicipin beragam kuliner yang dijajakan.


Spot swafoto
Properti kapal
Kalau kalian berlibur ke Banyumas, tempat wisata ini bisa dijadikan referensi berakhir pekan di Purwokerto dengan pesona ruang wisatanya yang apik. Yuk dolan maring Pewete!
Share:

Instagram