Oktober 27, 2016

Part 2 - Seharian Keliling Jakarta, Bisa!!



Berlanjut menuju halte pemberhentian city tour. Sembari menunggu bis datang, kami mencipta momen dengan berfoto bersama. City Tour merupakan fasilitas gratis bis tingkat yang dapat dinaiki wisatawan untuk mengelilingi daerah/objek wisata di Jakarta. Terdapat banyak objek wisata yang dapat dikunjungi, antara lain wisata sejarah, seni dan kuliner. Untuk informasi lengkapnya sila kunjungi @PT_TransJakarta.





Dari Jalan Merdeka Selatan, bis berjalan menuju Jalan Merdeka Barat. Terlihat patung MH Thamrin, patung kuda, Monas di kejauhan, dan lalu lalang kendaraan berseliweran. Kemudian melewati Museum Nasional di sebelah kiri, terlihat patung gajah di depannya. Lalu bis berjalan ke arah Kota Tua.







Di dalam city tour, kami dijelaskan oleh guide mengenai sejarah ibukota, makna dan fakta di masa lampau.  Banyak sekali informasi yang saya dengarkan, seperti daerah harmoni dimana dulunya tempat kaum borjouis hangout dan berdagang, dan terdapat kanal dari arah Sunda Kelapa sampai dengan kesana yaitu sungai kecil yang ada sekarang. Berawal dari Sunda Kelapa, Fatahillah melawan bangsa Portugis dan merubahnya menjadi Jayakarta, lalu direbut Belanda menjadikannya Batavia, kemudian Jepang menjajah sampai Indonesia merdeka jadilah Daerah Khusus Ibukota Jakarta.


Bis melewati Gedung Arsip Nasional. Tahun 1995 gedung tersebut mengalami kerusakan yang parah akibat banjir. Pengusaha Belanda di Indonesia memberikan dana untuk merenovasi gedung tesebut dan selesai pada tahun 1998. Selesainya dipugar, Gedung Arsip Nasional mendapat award dari UNESCO sebagai Cultural Heritage nomor satu se-Asia Pasifik.

Belum juga sampai di Kota, jalanan macet dipenuhi mobil-mobil. Melintasi kawasan pecinan terbesar di Indonesia. Glodok (berasal dari kata Golodog yang artinya pintu masuk dan dulunya disana ada air bersih mengalir berbunyi Grojok yang artinya pancuran) sehingga daerah tersebut dikenal dengan nama Glodok Pancoran.




Jalanan makin tersendat. Plan B pun disampaikan oleh Mbak Donna, “kami tidak berhenti lama Kota Tua”. Kami hanya memutar balik ke arah Monas kembali. Saya memandangi momen dari atas city tour. Museum Mandiri, Museum Bank Indonesia, lalu berbelok ke barat, melewati Kali Besar Barat, Toko Merah berjajar mobil klasik di pelatarannya, gedung-gedung tua disana, dan wisatawan baik asing dan domestik memadati area Kota Tua. Kami hanya berhenti sebentar untuk berfoto bersama di depan Museum Fatahillah.





Sekilas informasi dari guide, dulunya di masa VOC, Kota Tua dibenteng keliling, disekat dinding kota dan kanal. Penduduk pribumi yang masuk kesana harus memakai passport. Kawasan tersebut dipenuhi dengan kanal-kanal. Terdapat pula jembatan yang tua di sisi Utara yaitu Jembatan Kota Intan. Pada masa sekarang, Kota Tua sedang dalam masa renovasi. Beberapa gedung sudah berhasil dipugar untuk kemudian dijaga keasliannya.





Tujuan wisata terakhir kami, Monumen Nasional. Kami turun di Halte Barat Monas, lalu berjalan masuk melalui pintu barat daya. Perut mulai terasa lapar, kami pun makan bersama disana. Pengunjung Monas cukup ramai. Terlihat booth event sedang dipersiapkan. Untuk menuju pintu masuk Monas, disediakan mobil kereta yang siap mengantarkan pengunjung sampai ke tepat pintu masuk menuju terowongan Monas.

Semburat senja di atas langit. Kami memasuki Monas, berjalan menuju ruang bawah tanah, hingga bertemu dengan petugas yang mengarahkan untuk naik ke puncak Monas. Di ruang bawah tanah sendiri, terdapat replika atas cerita kejadian sejarah masa lampau tentang Indonesia. Kejadian digambarkan dengan sangat jelas dalam bentuk rupa adegan.


Untuk mencapai puncak, pengunjung harus menaiki lift dari lantai dasar. Kami memasuki lift secara bergantian sebanyak sepuluh orang. Petugas lift melayani pengunjung dengan mengoperasikan lift selama naik dan turun. Katanya sih mereka berganti tugas selama dua jam lamanya agar tidak bosan. Lift naik ke atas. Lalu terbuka. Sudah waktu malam ternyata.



Kami keluar dengan antusias. Ini kali pertamanya saya dan sebagian dari kami menginjakkan kaki di Puncak Monas. Area puncak dipagari pembatas besi di sisi pinggir sampai atasnya. Tepat di atas situ lah pucuk emas Monas berada. Terdapat teropong di tiap sudutnya. Angin di atas benar terasa kencang. Kerlap-kerlip lampu nampak temaram. Skyline Jakarta cukup bagus malam itu.


Akhirnya inilah final destination dari perjalanan kami seharian, Jakarta Night Journey, menikmati malam minggu bersama di puncak monas yang romantis dan seru. Asik rasanya berlama-lama menatap skyview Jakarta. Saya tak bosan berkeliling di tiap sisinya. Di Timur Laut, terlihat Mesjid Istiqlal ditemani Gereja Katedral. Mereka nampak damai dan sunyi. Memang berbeda namun mereka saling toleransi. Inilah wajah Ibukota. Semua bisa ditemukan dan ada disini. Saya berharap keragaman ini tidak menjauhkan, tetapi justru saling mendekatkan dan mempersatukan. Di sisi Timur, terlihat Stasiun Gambir. Rel kereta tersusun memanjang. Kereta listrik (commuter) yang lewat menambah keapikan momen malam itu. Di sisi Selatan, lebih banyak pencakar langit berdiri saling meninggi satu sama lain. Sedangkan di sisi Barat, hanya beberapa skyscrapper mengisi ruang disana. Sementara sisi utara, lebih terlihat bangunan-bangunan yang rendah.



Saya menggunakan teropong, bangunan yang jauh terlihat dekat, seperti hendak membidik, namun gambarnya agak sedikit blur (kabur). Malam itu, hampir semua sibuk dengan kamera dan smartphone masing-masing untuk mengambil gambar, selfie, dan merekam video. Sesekali berfoto wefie. Entah ungkapan apa yang lagi. Yang jelas kami semua bahagia. Semuanya hampir sempurna.

Tidak lama, kami menuruni puncak, dan turun menuju cawan Monas. Area ini lebih luas untuk tempat bercengkerama satu sama lain. Kami pun mengakhiri perjalanan malam itu. Langit Monas mulai berawan, terlihat sedikit terang dengan pantulan temaram cahaya lampu Ibukota.





“Tulisan ini diikutsertakan dalam Jakarta Night Journey Blog Competition oleh Indonesia Corners (www.idcorners.com) yang disponsori oleh Asus Indonesia” 
Share:

0 komentar:

Posting Komentar

Instagram