Februari 18, 2016

Hutan Mangrove Jakarta, Oke Juga !!

Gak jauh dari pusat Ibukota, Jakarta menyimpan pesona hutan mangrove yang berada di Muara Angke, Pluit, Jakarta Utara. Disana kita bisa menikmati udara segar, mengelilingi habitat pohon bakau, dan menaiki menara pandang untuk menyaksikan view dari ketinggian. Satu hal yang wajib kita sediakan yaitu lotion anti nyamuk sebab keberadaan hewan tersebut cukup banyak berkeliaran disana. Salahnya lagi, ketika itu gue pake baju berwarna gelap yang sangat mengundang para nyamuk dengan senang hati dan sesuka mereka untuk mengerumuni badan gue.

Untuk menuju kesana, transportasi umum sudah tersedia seperti transjakarta maupun feeder yang sekarang sudah melayani trek Monas - PIK. Kalian bisa turun di Sekolah Yayasan Buddha Tzu Chi. Dari sekolah tersebut, jarak menuju hutan mangrove sekitar beberapa ratus meter, Tarif masuk ke dalam kawasan hutan mangrove cukup Rp 15.000 saja. 

Menurut gue, tempat ini cukup apik dan recomend untuk didatangi bareng orang-orang terdekat kita, Bukan hanya soal destinasinya tapi juga soal momennya bersama siapa. Bagusnya suatu destinasi pun bukanlah suatu yang mutlak, namun relatif dari persepsi masing-masing diri kita. Berikut gue sajikan beberapa foto-foto gue selama menghabiskan momen disana. Happy enjoy dan semoga bisa menjadi referensi wisata yang bakalan kalian kunjungi. 


Sekolah Tzu Chi, Patokan untuk menuju ke Hutan Mangrove.
Di atas sana jalur lalu lintas udara. Spot pesawat cukup oke juga.
Selfie terus, kebetulan ada boat lewat.
Jalan setapak di atas perairan mangrove


Banyak penginapan disini

Di antara pohon-pohon bakau

Dari atas menara pandang

Dari atas menara pandang

A stranger in his journey

Naik perahu menyusuri mangrove. Seru !

Jalan ke arah pantai

Jembatan gantung

Wefie

I dont know what's the function of this place, Maybe a meeting place?

In front of the cottage.
Share:

Februari 17, 2016

Maen Sebentar : Danau Quary JayaMix

Danau Quary Jayamix
Tepat hari minggu kemaren, di saat hari kasih sayang (katanya). Gue bareng ponakan, kakak dan pacarnya berangkat dari Jakarta pukul 7 pagi. Sampainya di St. Pasar Minggu sejam kemudian buat meeting point bareng pacar kakak gue. Dari sana kita berangkat menuju Depok, ngambil rute ke Sawangan menuju Parung. Setelah melewati Ramayana sebelah kiri, lurus dikit, bakalan ada pasar sebelah kanan. Masuk ke Jl. H Mawi (Parung ke arah Ciseeng). Ikuti jalan sampe mentok pertigaan, ambil ke kanan arah Rumpin. Disitu gue mulai ngelihat area pedesaan dengan bukit kecil di antara pohon-pohon hijau. Kemudian melewati jembatan yang agak tua, sampai ketemu Situs Gunung Munara (red:Bukit). Dari sana jaraknya masih sekitar 7km lagi.

Banyak warga/anak-anak yang kami tanya untuk menuju lokasi. Sebab jalan menuju kesana akan ada banyak persimpangan yang cukup membingungkan.

Dari sisi lain Danau Quary Jayamix
Danau Quary berada di Kecamatan Rumpin. Jalan menuju kesana jalannya banyak yang rusak. Hal ini disebabkan daerahnya berada di antara lokasi tambang galian C yang menghasilkan material pasir, batu cadas, dan tanah.

Truk-truk besar mondar-mandir di sepanjang jalan, jalanan aspal rusak yang penuh dengan debu. Adapula truk khusus yang membasahi jalanan agak mengurangi debu yang berterbangan. Alhasil, jalanan pun menjadi becek.

Kawasan Rumpin sendiri konturnya perbukitan. Banyak bukit dikepras dan digali untuk diambil materialnya oleh perusahaan. Sedikit miris memang. Apalagi daerah galian dengan pemukiman penduduk menyatu dan tak terpisahkan. Kasihan ekosistem alamnya, termakan oleh hukum alam yang diatur oleh manusia-manusia pencari keuntungan. 

Gue sempet berpikir tentang Tambang Grasberg. Mungkin tambang galian Rumpin versi mininya Grasberg yang juga bernasib sama. Entahlah.

Jalanan semakin menanjak menuju Danaunya. Akhirnya kami sampai disana pukul 11an. Untuk masuk ke area Danau Quary, tarif motor sebesar Rp 10.000 dan Rp 2.000/orang. Danau ini dikembangkan oleh Pokdarwis (warga sekitar).

Kubangan galian yang luas, airnya berwarna hijau, terlihat 2 truk di sisi lembah dekat sawah sepetak tanah, dan ada orang bermain sampan/perahu di siang bolong di bawah terik mentari yang beneran kala itu panas banget. Bahkan, kami disana langsung meneduh, menatapi suasana danau tersebut dari warung-warung kecil yang dibangun oleh warga disana.

Tebing Batuan Cadas
Saya mengambil angle dari ketinggian. Menuju semak-semak/kebon yang masih alamiah. Tampak bekas rumput yang dibabat dan selang air. Sayangnya, tidak sampai ke atas bukitnya. Alhasil, saya kembali ke bawah dan mengeksplore di bagian bawah.

Dari sisi atas semak-semak
Semakin siang, wisatawan ramai berdatangan. Kebanyakan anak-anak muda yang mengikuti trend yang lagi naik daun di Indonesia (as a traveller/backpacker/tourist/musafir/whatever kind of them). Yang jelas, tujuan masing-masing pribadi berbeda-beda. Kalo gue pribadi, lebih mengenal alam Indonesia dan kekuasaan-Nya biar berpikir dan banyak bersyukur dengan nikmat Tuhan mana lagi yang akan gue dustakan (Astaghfirullah). Tujuan awalnya sih survey lokasi buat prewed kakak gue.
Disana banyak mengambil momen. Melihat hiruk pikuk dan tingkah laku para wisatawan. Lama-lama mengeluh kepanasan (lagi-lagi gue kurang bersyukur). Tapi emang beneran panas, ada kali 35° lebih.

Warga sekitar/anak-anak kecil mandi di pinggiran danau. Rasanya pengen ikutan nyebur,
Gak lama, awan mulai mengumpul pekat. Tepat jam 2, kami meninggalkan lokasi dan pulang. Baru beberapa menit berjalan, hujan turun sangat deras. Untung saja kami membawa mantel. Sedia mantel sebelum hujan. Hujan membasahi Bumi Rumpin dengan keberkahan. Saya melewati jalanan rusak yang penuh dengan genangan air. Benar-benar luar biasa. Bahkan air-air memenuhi jalanan yang kami lewati.

Indonesia memang kaya! Dari Rumpin saja saya melihat salah satu potensi kekayaan alamnya yang emang beneran potensial. Sayangnya sedikit-sedikit alamnya rusak karena dimanfaatkan oleh manusia yang penuh dengan kepentingan dunia.
Ini gaya kakak gue (sok-sokan candid)
Mirisnya, saya membaca berita dengan judul "Pengusaha Tambang di Bogor Tak Memberi Manfaat Untuk Warga". Semoga hal demikian dapat diatasi oleh Pemkab Bogor. Menjadikan kawasan khusus tambang dengan memisahkan area pemukiman sebab untuk kenyamanan, keamanan, dan kelayakan tempat tinggal bagi warga sekitar.
Share:

Februari 16, 2016

Justru Saya Bangga Diantara Mereka

Setelah lama gak ngeblog lagi. Lama pula tidak menulis entah soal impian, pengalaman, dan kehidupan yang penuh kenikmatan (Alhamdulillah)
Tulisan ini saya ungkapkan teruntuk mereka yang sangat saya rindukan, Bapak Sahirman dan Mamak Asiyah.
Tidak terasa sejak Oktober 2015, anakmu pergi merantau ke Ibukota Jakarta. Menggantungkan harapan untuk menggapai mimpi-mimpinya di masa depan. Lima bulan bukanlah waktu yang singkat untuk anakmu ini mencari jalan dan proses kehidupan agar lebih mandiri dan dewasa dalam menghadapi masalah apapun. Tujuan hidup ini pun, anakmu sempat memikirkan akan berakhir kemana, pernah bingung dan juga lelah.
Kini anakmu sampai pada titik dimana banyak pula teman-teman dan orang-orang yang dijumpainya disini mencari tujuan yang sama.
Mendapatkan sebuah pekerjaan yang layak memang susah susah gampang. Namun, anakmu terus berusaha agar dirinya bisa segera mendapatkannya dengan tujuan bebas secara finansial, juga sekedar membahagiakan orang-orang tersayangnya yaitu Bapak dan Mamak (yang terutama).
Pada akhirnya, anakmu mendapatkan hasilnya. Insyaa Allah yang terbaik dari-Nya.
Mak, Pak. Kemarin anakmu diterima di perusahaan Jaya Property sebagai staf pajak setelah interview final bersama Ibu Ria (Manajer HRD). Cukup banyak yang beliau tanyakan dan kami bicarakan. Satu hal yang pasti, beliau membahas soal pendidikan anakmu ini,"Saya lihat disini, hanya kamu yang Sarjana. Pasti mereka bangga dengan anda ya." Anakmu ini pun menjawab, "Insya Allah iya bu". Setelah interview tersebut, anakmu pun sepakat dengan mengucap Bismillah Mak, Pak setelah mendengarkan tawaran gaji dan benefit di perusahaan tersebut. Insyaa allah, anakmu akan mulai bekerja tanggal 22 Februari 2016.
Saya merasa bahagia Mak, Pak. Akhirnya mendapatkan apa yang selama ini menjadi harapan saya juga keluarga kita. Setelah membuat ratusan surat lamaran, mendaftar ratusan perusahaan, mengikuti job fair (bursa kerja), mengikuti undangan tes-tes dan interview, dan menunggu pangilan demi panggilan yang sangat membahagiakan apabila mendapat email maupun telepon dari suatu perusahaan. Akhirnya, hasilnya itu ada Mak, Pak.
Saya pun mengabarkan kepada teman-teman seperjuangan, keluarga, dan juga kalian Mak, Pak. Semua dari kalian pun bahagia mendengar kabar ini.
Masih teringat di pikiran anakmu ini Mak, Pak sejak keberangkatan di tanggal 9 Oktober 2015. Doa-doa yang kalian panjatkan terjawab sudah. Terima kasih kalian Mak, Pak, dan semua keluarga, terkhusus Kakak tercinta Irma Lestari yang mengcover biaya hidup anakmu ini selama disini. Dia, kakak yang sangat anakmu ini sayangi. Kami sering pergi dan sekedar mencari kebahagiaan bersama Mak, Pak. Kami sering berbagi cerita tentang kalian yang kami rindukan dan juga tentang kehidupan kami disini.
Benar Mak, Pak. Saya sangat merindukan kalian. Saya rindu akan waktu-waktu dulu saat saya bersama kalian. Saat saya sering mengantarkan Mamak ke pasar dan Bapak ke Bank untuk mengambil gaji, menemani kalian saat dalam urusan, saat saya menghabiskan waktu di rumah tercinta kita dan saat saya merasakan pijetan tangan Bapak yang keras namun membuat saya merasa keenakan. Alvino O'ok, Oom juga kangen sama Vino. Kelucuan dan tingkah laku Vino yang menggemaskan. Entah saat subuh, Vino selalu bangun pagi datang ke kamar O'ok membagunkan dengan memegang muka O'ok. Saat Vino mengajak O'ok bercanda bermain umpetan. Vino menangis ketika Ook mengumpet di lemari. Dan lain-lainnya.
Mak, Pak. Justru anakmu inilah yang sangat bangga dengan kalian. Saya bersyukur menjadi bagian keluarga ini. Allah swt memang Maha Penyayang. Mereka menitipkan anakmu ini di tangan kalian yang penuh tanggung jawab memberi nafkah, menyekolahkan kami sampai ke tingkat yang layak, dan mengajari kami tentang tujuan kehidupan yang sebenarnya.
Mak, Pak. Flashback ketika saya kecil. Saya teringat akan cita-cita kalian terdahulu tentang pendidikan yang penting di keluarga kita agar anak-anak kalian mampu menempuh pendidikan yang layak dan melebihi tingkat pendidikan kalian, minimal SMA/SMK (tingkat atas). Kalian mungkin sudah lupa dengan hal itu. Nyatanya, mimpi kalian sudah selesai tercapai ketika momen wisuda anakmu ini September 2015 lalu. Saya melihat aura kebahagiaan di wajah kalian yang semakin menua atas pencapaian diri saya yang kita sebut dengan cita-cita.
Pak. Saya pun kini tersadar. Betapa beratnya menjadi seorang Ayah. Saya salut dengan Ayah yang sudah berjuang demi kami dengan menaruh beban berat sebagai seorang pemimpin. Ketika kecil hingga SMP dulu maafkan anakmu ini pernah sentimen kepada Ayah sebab ketidaktahuan anakmu tentang tanggung jawab yang engkau emban menghidupi kami. Anakmu kini mulai mengerti sedikit. Terima kasih Bapak Sahirman.
Semoga Allah selalu melindungi, memberi nikmat rezeki dan kesehatan, serta mengampuni dosa-dosa kalian Mak, Pak. Semoga saya segera mampu membahagiakan kalian. Teramat banyak momen yang ingin saya habiskan bersama kalian yang belum kita lakukan. Saya rindu kalian Mak, Pak. Saya sangat menyanyangi kalian. Maafkan anakmu apabila terkadang membuat kalian khawatir dan menjadikan beban pikiran apabila jarang memberi kabar disini.
Salam Rindu dari Anak Bontotmu.
Jakarta, 
16 Februari 2016.
Share:

Instagram