Maret 18, 2015

Trending Destination In Banyumas - Curug Nangga

Perjalanan kemarin, Saya, Yanu, Dika, dan partner Yanu berangkat pukul 9.00 WIB dari Purwokerto. Destinasi yang kami tuju adalah sebuah curug di sebelah barat Purwokerto yang lagi ramai dibicarakan sekaligus dikunjungi masyarakat umum di sekitaran Banyumas. Sepertinya Curug ini tidak mau kalah menunjukkan #PESONAINDONESIA-nya dengan Curug Telu dan curug-curug lainnya kepada publik. Curug Nangga namanya. Terletak di Desa Petahunan, Kecamatan Pekuncen, Banyumas. Jarak tempuh dari Purwokerto sekitar 30 km. Setelah melewati rumah makan Sumber Alam, ambil jalan ke kiri. Setelah memasuki jalanan ini, kontur jalannya mulai menanjak dan lumayan curam dengan lebar kira-kira 4 meter. Akan mudah menemukan petunjuk yang mengarahkan kita sampai dimana curug berada. Sampailah kami di tempat parkiran, cukup saja dengan membayar tarif parkir sebesar Rp 2.000 . Kemudian melanjutkan lagi dengan berjalan kaki untuk turun ke curugnya.

FYI - Tempat wisata ini baru dibuka 2 minggu lamanya. Dengan pertama kali dikenalkan oleh para pecinta alam di Banyumas yang akhirnya bisa dikenal banyak orang. Pengelola sendiri masih dikerjakan oleh warga desa sekitar yang sepertinya sudah dibentuk untuk mengembangkan kemajuan obyek wisata ini. Untuk rekor kunjungan per harinya mencapai 800 orang (7/3/15) dan sampai 2.000 orang (8/3/2015).

Akhir dari jalanan beraspal, kita akan membayar tarif masuk yang dipatok sebesar Rp. 3.000 . Masih berjalan kaki untuk menuju curugnya yang ternyata berada di sisi bawah bukit seberang. Jalanan menurun dan semakin menurun, dengan kontur tanah dan ada yang sudah disusuni dengan batuan oleh pihak pengelola.


Areal persawahan di sekitarnya
Curug mulai terlihat dari tempat saya berdiri. Tampak masih sangat kecil. Hamparan persawahan luas yang sedang menguning memberikan rasa Nusantara yang sedap dipandang mata. Di sepanjang jalan menuju ke curug, banyak warga yang berjualan makanan dan minuman. Ada pop mie, indomie, minuman kaleng, air mineral, mendhoan, dan lain-lain. Inilah multiplier effect yang dapat dicontoh oleh desa-desa lain di Indonesia. Potensi wisata memberikan manfaat yang baik bagi masyarakat sekitarnya.

Sampailah kami beberapa meter tepat di depan Curug Nangga. Saya menghitung, ada 7 tingkatan (tangga) pada curug ini. Tingakatan paling tinggi berada pada tingkatan pertama dan kedua. Untuk debit airnya cukup deras jatuh ke bawah, semakin melebar ke bawah, dan semakin rendah pula tingakatannya. Namun sayang warna airnya agak keruh (kurang jernih). Sejauh itu, tetap nampak eksotis dan cantik kok. Saat itu, pengunjung pun semakin ramai. Banyak rombongan anak SD dan kawula muda yang mulai mendatangi tempat itu.



Curug Nangga

Keren kan curugnya
Aliran sungainya banyak ditemukan batuan cadas. Sebuah jembatan kayu yang dibuat untuk menyebrangi antara daratan (bukit) untuk melihat lebih jelas curugnya. Dengan masih dikembangkan seadanya, banyak para warga yang bekerja membangun jalan, mematok batuan untuk membuat tangga, dan menggarap tanah untuk didatarkan. Jalanannya pun masih dikatakan susah untuk mencapai ke curugnya. Saya mendaki bukit itu dengan jenis tanah (lempung) yang basah dan licin. Memang sudah ada bambu yang dikaitkan pada sisi pohon untuk kita dapat berpegangan dan berjalan menuju ke curug paling atas. Saya tidak bisa membayangkan bagaimana hiruk-pikuk ketika curug ini dikunjungi ribuan orang seperti hari minggu kemarin.



Jalan menuju ke atas
Saya pun mengabadikan momen selama disana. Memotret land scape, pemandangan, dan merekam keindahan Curug Nangga.


Tngkatan kedua
Saya turun ke curug pada tingkatan yang kedua. Terdapat dua sisi air yang jatuh dari atasnya. Sebelah kiri lebih banyak volume airnya, sedangkan yang sebelah kanan lebih kecil. Banyak orang bermain-main dengan airnya. Ada yang sekedar duduk di tepian. Ada juga yang sedang piknik di atas batuan dengan air yang mengalir dangkal. Saya meninggalkan tempat itu dan melanjutkan ke curug paling atas. Untuk curug paling atas, volumenya lebih deras meski tidak setinggi curug yang kedua. Dari sini, kita bisa melihat pemandangan ke bawah dimana awal kita berdiri serta bukit awal dimana kita menuruni bukit. Kami tidak berlama-lama disana. Panas terik menyengat meski awan tebal menyelimutinya. Setelah puas berfoto dan berjalan, kami pun pulang. 
Tingkatan pertama

Perjuangan terberat yang kita dapatkan disini adalah ketika jalan pulang, kita akan mendaki bukit dengan rasa yang cukup melelahkan sekitar 20-30 menit untuk sampai ke parkiran. Jangan lupa untuk mampir ke warung warga sekitar untuk duduk, tegur sapa, minum ataupun sekedar beristirahat. Jangan lupa pula untuk mematuhi himbauan untuk tidak membuang sampah sembarangan selama disana. 


Penampakan bukit yang kita turuni untuk menuju curug dimana saya berdiri

Curug Nangga adalah salah satu curug yang ada di Kabupaten Banyumas. Masih banyak curug-curug lain yang bisa kita kunjungi seperti Curug Telu, Curug Moprok, Curug Lawang, Curug Cipendok, Curug Ceheng, Curug Gomblang, Curug Bayan, Curug Gede, Curug Pengantin, Curug Putri, Curug Aja, dan curug-curug lainnya yang belum teridentifikasi oleh saya di kaki Gunung Slamet dan tempat lain.

Ngapain disitu kalau ngerasa sedih

View dari ringkatan paling atas

Tingkatan ketiga dan keempat
Semoga dengan semakin terkenalnya curug ini, kedepannya semakin mempercantik fasilitas yang ada di tempat ini, seperti tong sampah, toilet, akses jalan yang mudah, dan mungkin dibuat gazebo untuk duduk/istirahat.
Share:

2 komentar:

Instagram